Selasa, 29 Desember 2009

HIGHSPEEED LEARNING TEACHING (HLT)

Menghubungkan Pelajaran Sekolah dengan Pekerjaan

Masalah pendidikan yang menyebabkan banyak penganggur terdidik adalah tidak adanya hubungan langsung antara pendidikan dengan pekerjaan, baik dalam bentuk kerjasama maupun dalam bentuk sistem. Pendidikan dan Pekerjaan sesungguhnya merupakan mata rantai proses yang harus dilewati oleh manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sebab manusia harus belajar bagaimana cara melakukan pekerjaan dengan cepat, tepat dan efisien agar mendapatkan hasil yang maksimal sesuai prinsip ekonomi. Pertanyaannya dimana harus belajar, apa yang diajarkan dan bagaimana memperoleh pelajaran untuk bisa bekerja ? Kalau sekolah tidak bisa mengajarkan cara bekerja kemana harus belajar ?

Sudah banyak usaha untuk menghubungkan Pendidikan dan Pekerjaan namun antara kalangan pendidikan pencetak lulusan pencari kerja dan kalangan industri pemberi pekerjaan tidak pernah tersambung. Apa yang ditawarkan tidak sesuai dengan apa yang diminta, banyak pekerjaan keahlian yang dibutuhkan oleh indutri tidak dapat diisi oleh lulusan didalam negeri sehingga terpaksa industri mendatangkan SDM Ekspatriat dari luar negeri meskipun dengan bayaran yang lebih mahal. Pendidikan telah pernah menguji cobakan sistim ganda, link and match, permagangan, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan terakhir Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan merubah SMU menjadi SMK , menggabungkan dengan STM dan SMEA.

Namun upaya ini tidak dapat mengatasi pengangguran yang kian tinggi didalam negeri, masyarakat yang tidak sabar lalu berusaha mencari pekerjaan diluar negeri sebagai TKI. Tanpa dasar ketrampilan kerja maka kebanyakan TKI hanya bisa menjadi buruh pekerja kasar diperkebunan dan kuli bangunan pada industri konstruksi. Sedang TKW kebanyakan hanya sebagai pembantu rumah tangga dengan sedikit ketrampilan rumah tangga yang dipaksakan oleh umumnya perusahaan penyalur tenaga kerja, akibatnya TKI sering menjadi objek kekesalan majikan yang menjadi alasan terjadinya kekerasan sampai kematian oleh penganiayaan.

Mengatasi masalah pengangguran tidak dapat sekedar mendatangkan modal asing yang menuntut banyak syarat, Indonesia masih menyimpan berbagai hambatan masuknya modal asing, terutama belum tersedianya infrastruktur berupa jalan, listrik, peraturan dan tenaga kerja trampil. Permasalahan mendasar adalah terletak pada kualitas SDM dihampir semua sektor yang membuat semua persyaratan itu sulit untuk dipenuhi.Solusinya adalah pada sistem pendidikan dan pelatihan untuk menghasilkan SDM Profesional yang produktif, kreatif dan memiliki entreprenuership. SDM inilah yang dapat melakukan dan menciptakan pekerjaan untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

Usaha untuk menghubungKan pendidikan dan pekerjaan harus terus dilakukan dengan cara yang kian sempurna dan konsepsionil. Higspeed Learning Teaching (HLT) adalah Sistem Belajar Mengajar yang telah disempurnakan, disederhanakan dan dipercepat untuk mempertemukan sudut pandang, cara berpikir dan cara bekerja antara lembaga pendidikan dan dunia industri. Kesenjangan antara kalangan pendidikan dan kalangan industri banyak teletak pada penggunaan istilah, sementara kalangan pendidikan terfocus pada sistem administrasi birokratis dibelakang meja maka dunia industri terfocus pada pekerjaan lapangan. Apa yang dilakukan HLT adalah menghubungkan pekerjaan administratif dengan pekerjaan lapangan.

KENAPA MENGGUNAKAN KECEPATAN TINGGI ?

Sejak merdeka sampai sekarang sistem Pendidikan Indonesia tidak saja selalu tertinggal bahkan berjalan mundur kebelakang sehingga menjadikan masyarakat Indonesia terkebelakang. Berkali kali sistem Pendidikan dirubah namun tidak menghasilkan lulusan yang dapat membawa bangsa pada kesejahteraan dan kemakmuran, seluruh kekayaan alam terkuras tapi yang dihasilkan hanyalah kerusakan lingkungan hidup dan kemiskinan. Pembangunan yang dilakukan tertinggal jauh dari negeri tetangga, baik pembangunan fisik infrastruktur maupun pembangunan sumberdaya manusia.

Reformasi dan Demokrasi kebebasan bersuara yang diharapkan membawa kemajuan hanya menghabiskan waktu untuk mengatasi konflik horizontal dimana mana, kekerasan dan perusakan menjadi model dari ekpressi pemaksaan kemauan yang dilakukan oleh kalangan terdidik mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan telah menghasilkan koruptor cerdas yang kian sulit terdeteksi dengan tingkat kerusakan yang kian besar, berbagai kerusakan ini membuat Indonesia kian tertinggal jauh dan bergerak mundur kebelakang. Sistem Pendidikan yang sangat dibutuhkan dalam memajukan masyarakat hanya dibongkar pasang tidak pernah selesai dan sampai pada tujuannya, Ujian Nasional yang dimaksudkan untuk meningkatkan standard kualitas bahkan menjadi kontroversi yang digugat oleh masyarakat.

Indonesia harus segera meluruskan arah tujuan pendidikan agar memberdayakan masyarakatnya untuk dapat memanfaatkan kekayaan alamnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran bersama, bukan untuk segelintir manusia dengan mengundang modal asing menguras kekayaan yang lebih banyak dijual keluar negeri. HLT merupakan sebuah Pilot Project Pendidikan Pemberdayaan generasi terdidik sejak tingkat Sekolah Dasar sampai SMU dengan kecepatan tinggi untuk mengejar ketertinggalan selama ini. Bila selama ini Pendidikan berjalan mundur maka sistem ini membalikkan arah dan berlari kedepan secepat cepatnya berpacu dengan waktu habisnya seluruh kekayan alam Indonesia.

MEMAKSA PENDIDIKAN LARI DENGAN LOMBA
Masyarakat yang sudah terbiasa berjalan tidak bisa dipaksa untuk berlari kecuali ada sistem yang membuatnya berlari. Lomba yang selama ini hanya dilakukan pada hari peringatan Kemerdekaan, hari ulang tahun Instansi, organisasi dan lembaga yang bersifat ceremonial merupakan sistem yang dapat membuat masyarakat mau berlari. Hadiah lomba berupa Medali, Trophy dan Sertifikat Penghargaan merupakan Prestise dan Prestasi yang digunakan semua Lembaga Pendidikan sebagai media untuk menunjukkan keunggulannya dibanding sekolah lain, sekolah sangat membutuhkan lomba untuk mendapatkan media tersebut. Pemasalahan lomba adalah pada hadiahnya, Lembaga Ilmu Pengetahuan LIPI yang ingin menggunakan lomba untuk memajukan Ilmu Pengetahuan tidak dapat mewujudkan keinginannya karena tidak dapat memberi hadiah. Disisi lain TV Swasta Nasional seperti RCTI, SCTV, TPI dan yang lainnya setiap hari menayangkan Quiz dan Lomba berhadiah dengan nilai yang besar.

Setiap hari puluhan juta rupiah langsung dibagikan sebagai hadiah oleh perusahaan sponsor yang mengiklankan produknya, kebanyakan lomba dan quiz itu tidak memiliki nilai pendidikan bahkan tidak jarang konyol hanya sekedar untuk menarik pemirsa dengan membuat orang tertawa. Hadiah ini dapat diberikan pada pemenang lomba disekolah bila dapat ditampilkan dengan kemasan yang menarik, menghibur dan mendidik dengan mempromosikan produk sponsor.

Semua ketrampilan adalah hasil latihan, tidak ada ketrampilan bila tidak ada latihan, tidak ada latihan bila tidak ada lomba dan tidak akan ada lomba bila tidak ada hadiahnya. Project HLT membangun jaringan sekolah Juara melalui Lomba, bekerjasama dengan Media Elektronik, Lembaga Periklanan dan Perusahaan sponsor untuk mendapatkan hadiahnya. Membuat masyarakat lari untuk mengejar ketertinggalan adalah mengusahakan hadiah lomba bagi pemenangnya, masyarakat akan berlatih untuk memenangkannya. Project HLT menciptakan berbagai lomba yang menghasilkan ketrampilan produktif dan kreatif yang menghasilkan produk dengan menggunakan produk sponsor, maka para peserta yang terdiri dari guru dan siswa tiap hari belajar dan berlatih melalui REGULAR CHAMPIONSHIP. Makin banyak yang menerima hadiahnya makin banyak pesertanya yang akan berlari bersama.

Indonesia membutuhkan Pendidikan Berkecepatan Tinggi atau HIGHSPEED LEARNING TEACHING , guru dan siswanya harus berlari sekencang kencangnya dengan mengajak semua sekolah bergabung dengan jaringan sekolah Juara atau THE CHAMPION SCHOOL NETWORK. Lomba harus menjadi budaya, tiada hari tanpa lomba. Semua materi pelajaran teori dan praktek sekolah dengan sistem HLT dirancang untuk dapat dilombakan, semua gerakan dan waktu dicatat dalam berbagai bentuk Form dan dikomentasikan dalam keping DVD untuk dapat menjadi bahan diskusi dan penelitian.